top of page

4 Sektor Usaha Menjanjikan untuk Strategi Bisnis 2022

Diperbarui: 2 Mar 2022

Tahun 2021 telah kita lewati masih dalam situasi pandemi. Namun, kita bisa merasakan bahwa keadaan telah bergeliat menjadi lebih baik dengan dilonggarkannya peraturan PPKM menjelang libur Natal dan Tahun Baru. Meskipun ada kekhawatiran dengan adanya COVID-19 varian Omicron yang membuat banyak meme sosial media bertajuk twenty-twenty-too (alih-alih twenty-twenty-two / 2022), perkembangan dan pemulihan bisnis sepanjang 2021 tak bisa kita pungkiri mulai menunjukkan angka yang positif.


Berikut adalah data yang telah Prieds kumpulkan dari 4 sektor bisnis Indonesia:


1. Usaha Retail

Tahun 2021 menunjukkan bahwa daya beli masyarakat telah kembali menguat sekalipun dilanda pandemi selama hampir dua tahun.



Pada Q2 (1 April - 30 Juni 2021) terlihat angka penjualan industri retail mencapai 5-5,5% berkat momen Idul Fitri. Angka ini sayangnya turun setengahnya menjadi 2-2,5% saja karena diperketatnya PPKM pada Q3 (1 Juli - 30 September 2021) akibat kemunculan varian Delta. Angka ini, seperti prediksi ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey, kembali naik pada Q4 menjadi 4-5% berkat kelonggaran PPKM dan libur panjang Natal dan tahun baru. Ketua Aprindo, seperti dikutip dari kontan.co.id, menyatakan bahwa industri ritel saat ini berada di tahap pra-recovery. Ia optimis tren pemulihan bisnis ritel ini bisa berlanjut hingga Q2 2022.


2. Usaha Manufaktur

Indonesia saat ini berada di peringkat 10 sebagai negara dengan bisnis manufaktur yang memperkerjakan lebih dari 20% warga negara di usia produktif, yakni sekitar 25 juta tenaga kerja. Kegiatan manufaktur telah meningkat di tahun 2021 hingga PMI (Purchasing Managers’ Index) Indonesia telah naik hingga level 53,9. Kegiatan ekspor juga menunjukkan angka yang positif dengan peningkatan hingga 50% di tahun 2021.


Angka sebesar 6.6% di kuartal ke-2 tahun 2021 ini menjadikan industri manufaktur sebagai kontributor terbesar di kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q2 2021. Kinerja ekspor sektor manufaktur juga mendominasi 78.80% ekspor nasional.


Seperti halnya di usaha retail, usaha manufaktur juga terdampak secara langsung dengan adanya kebijakan PPKM di kuartal ke-3 (Q3). Variasi Delta dan diterapkannya PPKM level 3 pada akhir Juni memperlambat laju pertumbuhan ini secara signifikan dari sebelumnya di Q2 yang telah mencapai 6.6%, kini turun menjadi 3.7% di Q3. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan kegiatan manufaktur telah menunjukkan geliatnya kembali di Q4.


3. Usaha E-Commerce

E-commerce dapat kita katakan sebagai sektor yang berkembang paling pesat dibandingkan sektor lainnya sejak pandemi. Pada tahun 2019 misalnya, sales di kanal e-commerce mencetak angka sebesar USD 2,4 milyar dalam setahun. Angka ini naik drastis di tahun 2020 di mana terjadi transaksi ekonomi yang lebih masif secara digital, sehingga dalam setahun tercapai angka hingga USD 44 milyar.


E-commerce sekalipun mengalami perlambatan di kuartal 3 (Q3) akibat varian Delta dan pembatasan gerak yang diterapkan pemerintah, namun di Q4 perkembangan e-commerce kembali meningkat sebanyak 5% & secara keseluruhan tumbuh positif di tahun 2021. Melihat dari tingginya angka transaksi digital dari tahun 2019 ke 2020 dan tren ini masih berlanjut hingga 2021 (total mencapai USD 40,1 milyar per 27 Desember 2021), dapat dikatakan bahwa masyarakat telah beradaptasi dengan pemanfaatan kanal digital. Hal ini dibuktikan dengan adanya 37% konsumen baru ekonomi digital di tahun 2021 saja dan 93% menyatakan akan tetap menggunakan e-commerce ke depannya (sumber: kominfo.go.id).


E-commerce menjadi sektor yang diuntungkan dengan pandemi yang memaksa masyarakat untuk bekerja dan berbelanja dari rumah, juga menggeser gaya belanja di Indonesia untuk lebih mengandalkan marketplace. Pergeseran ini tampaknya akan tetap bertahan hingga akhir pandemi sekalipun, selama masyarakat masih merasa nyaman dengan gaya belanja jarak jauh ini.


4. Usaha Logistik