top of page

Obsolescence Monitoring: Definisi, Fungsi, Tips Mengelola dan Optimalisasi

Barang yang kadaluarsa, rusak, atau sudah tidak relevan dengan kebutuhan pasar dapat membebani perusahaan, baik dari pemborosan ruang gudang maupun biaya operasional. Untuk mengatasi hal tersebut, penerapan obsolescence Monitoring atau pemantauan barang usang menjadi hal yang penting dalam manajemen inventory agar tetap berjalan dengan optimal, serta menghindari pemborosan.


Pemantauan persediaan tentu membutuhkan ketelitian. Sehingga perusahaan tidak bisa hanya bertumpu pada proses operasional secara manual. Diperlukan adanya penerapan teknologi, seperti Sistem Manajemen Inventory dan RFID untuk mempermudah proses obsolescence monitoring.


Definisi Obsolescence Monitoring dalam Manajemen Inventory

Definisi Obsolescence Monitoring dalam Manajemen Inventory

Obsolescence Monitoring merupakan sebuah proses pemantauan stok barang secara sistematis untuk mengetahui persediaan beresiko menjadi usang, kadaluarsa, tidak terpakai, atau tidak layak jual karena berbagai faktor, mulai dari perubahan tren pasar, usia produk yang pendek, hingga pembaruan model barang.


Dalam manajemen inventory, obsolescence tidak hanya mencakup persediaan yang mendekati masa expired, tetapi juga termasuk barang yang mengalami perubahan teknologi atau permintaan rendah secara berkelanjutan. Dengan melakukan pemantauan persediaan yang usang, perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat untuk mengelola agar tidak memicu kerugian.


Fungsi Obsolescence Monitoring dalam Proses Manajemen Inventory

Obsolescence Monitoring memiliki berbagai fungsi penting yang dapat membantu perusahaan untuk mengoptimalkan proses manajemen inventory, diantaranya seperti:


1. Menghindari Kerugian

Memiliki persediaan yang usang dan tidak termonitor dapat mengakibatkan kendala dalam operasional gudang, seperti penumpukan stok mati hingga kerugian secara finansial. Melalui obsolescence monitoring, perusahaan dapat mendeteksi persediaan yang hampir usang, sehingga dapat dikelola dengan baik.


2. Memaksimalkan Ruang Gudang

Dengan obsolescence monitoring yang akurat, perusahaan dapat memisahkan persediaan yang masih layak jual dan relevan dengan persediaan yang hampir usang. Hal ini membantu memastikan ruang gudang hanya menyimpan barang yang produktif dan masih banyak diminati konsumen.


3. Efisiensi Manajemen Inventory

Seluruh proses manajemen inventory, mulai dari proses inbound, picking, sorting, dan replenishment dapat berjalan dengan lebih efisien karena perusahaan dapat memisahkan dan mengutamakan produk yang mendekati usia pakai untuk dikelola terlebih dulu. Hal ini dapat mengurangi penumpukan persediaan yang dapat mengganggu operasional gudang.


4. Forecasting Persediaan lebih Tepat

Data hasil dari proses obsolescence monitoring dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan perencanaan pengadaan dan pengendalian persediaan. Sehingga perusahaan dapat mengurangi produk yang kurang diminati, menghindari terjadinya penumpukan persediaan.


5. Mempermudah Perencanaan Promosi Barang

Agar produk yang masuk dalam kategori obsolescence, seperti memiliki usia pakai yang mendekati expired, perusahaan dapat mengelola dengan lebih baik. Hal ini juga termasuk membantu proses penyusunan promosi atau diskon produk, agar persediaan yang masuk dalam kategori obsolescence dapat dikurangi.


Tips Penerapan Obsolescence Monitoring yang Baik dalam Manajemen Inventory

Agar penerapan obsolescence monitoring dalam manajemen inventory berjalan dengan baik, perusahaan dapat mengikuti beberapa tips berikut:


1. Pengelompokkan Produk

Gunakan metode analisis ABC untuk mempermudah pengelompokkan produk berdasarkan nilai dan tingkat perputaran. Hal ini membantu perusahaan untuk dapat lebih fokus pada pengelolaan barang bernilai tinggi yang berisiko menjadi usang.


2. Tentukan Masa Hidup Produk

Agar kualitas persediaan tetap terjaga, perusahaan perlu menetapkan batas usia sebelum persediaan dianggap usang, baik dari tanggal kedaluwarsa maupun perubahan tren pasar. Hal ini dapat mempermudah penentuan waktu optimal untuk perencanaan pengadaan stok dan memaksimalkan penggunaan persediaan agar tidak terjadi penumpukan.


3. Terapkan FIFO dan FEFO Secara Disiplin

Selain memiliki standar masa hidup produk, perusahaan juga perlu menerapkan metode pengelolaan persediaan yang sesuai dengan kebutuhan operasional. Penerapan metode seperti FIFO atau FEFO dapat membantu menghindari penumpukan stok usang dalam gudang.


4. Melakukan Evaluasi Berkala

Melakukan evaluasi manajemen inventory secara rutin membantu perusahaan untuk mengidentifikasi barang yang memiliki perputaran rendah dan mendekati masa kadaluarsa. Dengan begitu, perusahaan bisa segera mengambil tindakan sebelum produk menjadi usang dan tidak terpakai.


5. Gunakan Software Manajemen Inventory

Perusahaan dapat memanfaatkan teknologi seperti software manajemen inventory untuk mengatur peringatan otomatis ketika barang mendekati batas usia pakai. Dengan begitu perusahaan dapat mengelola produk dalam kategori obsolescence dengan cepat agar terhindar dari kerugian.


Peran RFID dan Software Manajemen Inventory dalam Proses Obsolescence Monitoring

Teknologi mengubah cara perusahaan dalam mengelola persediaan. Salah satu solusi untuk dapat memantau seluruh stok dengan akurat yaitu menggunakan RFID yang terintegrasi dengan software manajemen inventory. Berikut beberapa peran pentingnya dalam meningkatkan obsolescence monitoring:


1. Pelacakan Persediaan Otomatis

Setiap produk yang masuk dalam gudang harus diberi tag RFID yang dapat menyimpan informasi penting seperti usia barang, lokasi penyimpanan, dan riwayat pengelolaan. Dengan begitu perusahaan dapat lebih mudah untuk memantau barang secara menyeluruh.


2. Real-Time Monitoring

Software Manajemen Inventory dapat secara otomatis memperbarui data dan memberi peringatan jika terdapat persediaan yang mendekati masa obsolescence. Sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan pengelolaan dengan lebih cepat dan tepat.


3. Integrasi Data yang Akurat

Software Manajemen Inventory yang terintegrasi dengan RFID mampu memberikan informasi lengkap dan akurat terkait stok berdasarkan kategori, batch, usia, serta tingkat perputaran produk. Hal ini dapat berguna bagi perusahaan untuk menentukan strategi pengelolaan produk yang obsolescence, dan mengurangi pengadaan produk yang memiliki tingkat perputaran rendah.


4. Meminimalisir Resiko dan Kesalahan

Proses manajemen inventory yang otomatis melalui teknologi dapat merubah cara pengelolaan yang sebelumnya dilakukan secara manual, terhindar dari resiko kesalahan pencatatan, meningkatkan akurasi data dan mengoptimalkan operasional gudang.


Dapatkan Penerapan Obsolescence Monitoring yang Optimal dengan RFID dan WMS Prieds

Melalui penerapan Obsolescence Monitoring, perusahaan tidak hanya mengelola barang yang hampir usang, tetapi juga memastikan manajemen inventory berjalan dengan efisien. Dengan memanfaatkan teknologi, seperti RFID dan software manajemen inventory, perusahaan dapat meningkatkan visibilitas terhadap operasional gudang, sehingga perusahaan dapat mengelola persediaan dengan lebih baik, menghindari adanya penumpukan persediaan yang usang dan mencegah kerugian.


Sebagai penyedia teknologi RFID, Prieds menawarkan perangkat yang dirancang khusus untuk membantu perusahaan untuk menerapkan Obsolescence Monitoring dalam proses manajemen inventory. Teknologi ini mendukung pencatatan data akurat, pelacakan dan pengelolaan stok secara real-time, sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa operasional gudang.


RFID dari PriedsĀ dapat diintegrasikan dengan Software Manajemen Inventory, memberikan perusahaan fleksibilitas tinggi untuk disesuaikan dengan kebutuhan operasional gudang. KonsultasiĀ dengan tim ahli Prieds untuk mengetahui solusi teknologi RFID dan Software Inventory yang tepat bagi bisnis Anda.

bottom of page